Hati-hati Burnout, Tak Salah untuk Menolak Pekerjaan
Jakarta, Pafi Indonesia — Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia kali ini menyoroti kesejahteraan mental di lingkungan kerja. Tentu saja, pekerja memang rentan mengalami masalah mental.
Burnout merupakan salah satu masalah mental yang menghantui pekerja.
Sering kali, masalah mental ini tidak disadari langsung oleh pekerja. Beberapa juga berpikir sepele dan membiarkan begitu saja.
Psikolog Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya Jane Cindy Linardi mengatakan, masalah mental apa pun, termasuk burnout, harus ditangani. Pasalnya, jika dibiarkan, kondisinya bisa memburuk dan malah membuat kinerja pekerja tidak maksimal.
“Ketika seseorang mengalami burnout, dampaknya bisa sangat buruk, mulai dari hasil pekerjaan yang tidak optimal hingga janji menyelesaikan tugas sesuai tenggat waktu,” kata Jane dalam wawancara khusus bersama media yang diselenggarakan RSPI, Jakarta, Kamis (10/10).
Tanda-tanda kelelahan
Jane menjelaskan, burnout adalah kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang sering kali disebabkan oleh tekanan pekerjaan yang berlebihan dan terus menerus. Masalah ini tidak jarang dialami oleh pekerja di berbagai bidang.
Memahami tanda-tanda burnout dan mengatasinya sejak dini dapat membuat perbedaan besar dalam kualitas hidup seseorang. Tapi sayangnya, masalah ini sering tidak disadari.
Karena sering tidak disadari, sebaiknya kenali tanda-tanda burnout berikut ini.
1. Rasa lelah berlebih
Salah satu tanda utama burnout adalah tubuh yang cepat merasa lelah. Padahal, Anda merasa sudah tidur dengan durasi yang cukup. Kelelahan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mental dan emosional.
2. Perubahan pola tidur dan makan
Burnout dapat membuat seseorang mengalami perubahan pola tidur dan pola makan. Sebagian besar orang mungkin kesulitan tidur atau mengalami tidur yang tidak nyenyak. Sementara yang lain mungkin kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan sebagai bentuk pengungsi.
3. Penurunan motivasi kerja
Seseorang yang mengalami burnout sering kali merasakan penurunan motivasi kerja. Tugas-tugas yang dulunya terasa menantang dan menyenangkan kini menjadi membosankan atau bahkan menakutkan.
4. Diri yang menarik
Salah satu tanda lainnya adalah mulai menarik diri dari lingkungan sosial. Anda mungkin merasa sulit untuk berinteraksi dengan rekan kerja, teman, atau bahkan keluarga. Mereka cenderung mengisolasi diri sebagai bentuk perlindungan dari stres tambahan.
Cara mengatasi burnout
Lalu bagaimana cara mengatasi burnout?
Menurut Jane, mengatasi burnout memerlukan pendekatan holistik yang mencakup aspek fisik, mental, dan emosional.
Menurut Jane, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yakni sebagai berikut.
1. Istirahat yang cukup
Mengubah tubuh dan pikiran mendapatkan istirahat yang cukup adalah langkah pertama yang penting. Tidur yang berkualitas dan cukup durasinya sangat vital.
“Ingatlah, bekerja terus menerus bukan sesuatu yang bagus. Anda perlu beristirahat dari segala hiruk pikuk pekerjaan,” kata Jan.
2. Beraktivitas fisik dan olahraga
Melibatkan diri dalam kegiatan fisik secara teratur dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati. Olahraga melepaskan endorfin, yang bisa membantu meningkatkan perasaan positif.
3. Batasan kerja yang jelas
Menetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu istirahat sangatlah penting. Jangan ragu untuk mengatakan tidak pada pekerjaan tambahan jika itu akan membahayakan kesehatan mental Anda.
“Jika dirasa pekerjaan sudah melebihi batas, sebaiknya sampaikan secara jujur dan minta agar beban kerja dibagikan dengan rekan tim lain,” kata dia.
4. Cerita dengan teman
Memiliki dukungan dari teman, keluarga, atau rekan kerja dapat sangat membantu. Menceritakan apa yang Anda rasakan kepada orang-orang yang dipercaya dapat meringankan beban yang dirasakan.
5. Mencari bantuan profesional
Jika burnout sudah parah, mencari bantuan profesional dari psikolog atau konselor adalah langkah yang bijaksana. Mereka bisa membantu memberikan strategi khusus untuk mengatasi stres dan burnout.